Senin, 22 November 2010

ASMA dan OLAHRAGA

Siapa Bilang Penderita Asma Tak Bisa Berolahraga?!?

Banyak orang dengan asma mengalami gejala asma kronis selama olahraga. Namun, ada juga yang tanpa asma kronis namun mengalami asma selama olahraga. Asma akibat berolahraga adalah asma yang dipicu oleh olahraga yang berat atau lama. Kebanyakan orang dengan asma mengalami gejala asma kronis selama olahraga. Namun, ada banyak orang tanpa asma kronis yang mengembangkan gejala hanya selama olahraga.
Selama pernapasan normal, udara yang kita hirup akan dihangatkan dan dilembabkan oleh lubang hidung. Karena orang-orang cenderung bernapas melalui mulut mereka ketika mereka berolahraga, mereka akan menghirup udara lebih dingin dan lebih kering masuk ke dalam rongga paru-paru. Itulah yang mencetuskan asma akibat berolahraga (exercise-induced asthma).
Hal ini akan menimbulkan gejala asma yang meliputi:
  • Batuk
  • Mengi
  • Kelelahan saat olahraga
  • Sesak napas ketika berolahraga
Gejala-gejala asma akibat berolahraga biasa dimulai dalam waktu 5 sampai 20 menit setelah mulai olahraga, atau 5 sampai 10 menit setelah berhenti berolahraga singkat.
Jika saya  memiliki asma, haruskah saya hindari olahraga?
Tidak. Anda tidak harus menghindari aktivitas fisik karena asma akibat berolahraga. Ada beberapa langkah yang dapat Anda ambil untuk mencegah gejala asma yang akan memungkinkan Anda untuk tetap menjalankan aktivitas fisik normal. Tahukah anda, banyak atlet-atlet olahraga juga memiliki asma. Sebagai contoh, di Olimpiade 1996 terdapat kisaran satu dari setiap enam atlet menderita asma.
Apakah saya bisa mencegah asma akibat berolahraga?
Bisa. Obat asma atau bronkodilator yang digunakan sebelum berolahraga dapat mengendalikan dan mencegah gejala asma akibat olahraga. Obat asma yang sering digunakan adalah jenis beta-2 agonis seperti albuterol. Obat asma yang digunakan 15-20 menit sebelum olahraga dapat mencegah saluran pernapasan menjadi sempit dan mengontrol asma selama 4 sampai 6 jam. Obat asma lain yang masa kerjanya lebih panjang dapat mengontrol asma selama 12 jam.
Selain menggunakan obat asma, pemanasan sebelum olahraga dan pendinginan setelah olahraga dapat membantu dalam pencegahan asma. Untuk mereka yang memiliki alergi dan asma, olahraga harus dibatasi pada hari-hari di mana allergen tinggi atau saat suhu sangat rendah dan tingkat polusi udara tinggi. Infeksi dapat menyebabkan asma (pilek, flu, sinusitis) dan meningkatkan gejala asma, jadi sebaiknya batasi olahraga selama sakit.
Apakah jenis olahraga yang baik untuk seseorang dengan asma?
Untuk orang dengan asma akibat olahraga, dapat memilih jenis olahraga yang singkat, dengan periode yang intermiten atau berkala, seperti voli, senam, baseball, dan berjalan.
Kegiatan yang melibatkan waktu yang lama, seperti sepak bola, lari jarak jauh, dan basket, mungkin kurang dapat ditoleransi dengan baik, seperti juga olahraga dalam cuaca dingin seperti ice hockey, dan ski.
Berenang, walaupun merupakan jenis olahraga yang cukup berat, umumnya dapat ditoleransi dengan baik oleh orang-orang dengan asma karena apabila dilakukan di lingkungan yang hangat.
Apakah ada tips untuk mencegah dan mengobati asma akibat olahraga?
  • Selalu gunakan obat asma sebelum memulai olahraga.
  • Lakukan pemanasan dan pendinginan dalam olahraga.
  • Jika cuaca dingin, olahraga dilakukan di dalam ruangan atau syal menutupi hidung dan mulut.
  • Hindari berolahraga di luar ruangan saat jumlah serbuk sari tinggi (jika memiliki alergi), dan hindari berolahraga di luar rumah bila ada polusi udara yang tinggi.
  • Batasi olahraga jika terinfeksi virus.
  • Berolahragalah sesuai tingkat kemampuan tubuh.
Dengan demikian, asma tidak lagi menjadi alasan untuk menghindari olahraga.
REFERENSI:
WebMD. Asthma Symptoms. Diakses 30 Mei 2010. http://www.webmd.com/asthma/guide/asthma-symptoms
Kohnle D. Health Tip: Help Prevent Exercise-Induced Asthma: It matter when and where you work out. May 27, 2010. URL available at: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/news/fullstory_99284.html

http://www.tanyadokteranda.com/artikel/2010/06/siapa-bilang-penderita-asma-tak-bisa-berolahraga




Anak Penderita Asma Tetap Bisa Berolahraga
Kamis, 03 Juni 2010 20:15    PDF Cetak E-mail
Jakarta, Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta Bambang Supriyatno mengatakan anak-anak penyandang asma tetap bisa menjalankan aktivitas normal seperti anak yang sehat kalau penyakitnya dikendalikan secara baik.

"Anak asma bisa menjalankan aktivitas apa pun dan bisa berprestasi, tidak boleh dikucilkan. Bahkan, banyak penderita asma yang menjadi atlet olahraga berprestasi dunia. Hanya butuh pengaturan saja," katanya dalam seminar tentang asma bagi guru di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta, Kamis (3/6).

Ia mengatakan anak penyandang asma boleh melakukan berbagai jenis olahraga, seperti renang, bersepeda, atletik, dan senam, asal mendahuluinya dengan pemanasan yang cukup, paling tidak selama enam sampai sepuluh menit. "Semua olahraga boleh dilakukan asal tidak sedang serangan," kata Bambang Suprayitno.

Bambang mengatakan anak penyandang asma harus melakukan pemanasan cukup sebelum berolahraga dan menghindari olahraga yang dilakukan mendadak. Ia menjelaskan, agar asma anak terkendali pihak terkait yang dalam hal ini adalah dokter, pasien, orang tua, dan guru harus bekerja sama mengendalikan asma pada anak.

Meski tidak bisa disembuhkan, ia mengatakan, penyakit kronis menahun pada saluran napas bawah itu bisa dikendalikan sehingga tidak sampai mengganggu aktivitas keseharian anak dalam bermain dan belajar. Pengendalian asma pada anak, kata dia, utamanya dilakukan dengan menghindarkan mereka dari faktor pencetus asma serta membantu memberikan obat dan pertolongan yang dibutuhkan saat anak mengalami serangan asma.

"Supaya bisa membantu mengendalikan asma anak, orang tua dan guru harus mengenali faktor pencetus, gejala, obat-obatan yang diperlukan, dan kapan harus mencari pertolongan," katanya.

Ia menjelaskan pencetus asma terdiri atas bahan-bahan alergen seperti debu, bulu binatang, kapuk, dan makanan; asap; infeksi saluran nafas bawah dan atas; perubahan cuaca ekstrim, kegiatan jasmani yang melelahkan; serta gangguan psikologis. Faktor-faktor pencetus itu, kata dia, akan menyebabkan gangguan asma pada anak-anak yang memiliki bakat alergi.

Gangguan asma, menurut dia, umumnya ditandai dengan gejala batuk berdahak secara berulang dalam jangka panjang, mengi (napas berbunyi `ngik-ngik`), napas cepat dan sesak, sakit dada, susah berkata-kata dan kebiruan di sekitar mulut.

"Guru sekolah sebaiknya memantau kondisi anak-anak, yang terkena asma biasanya sering absen, sering batuk berdahak, sering berdehem-dehem, sesak napas saat olahraga dan sering mengantuk saat belajar karena batuk membuat mereka tidak bisa tidur pada malam hari," katanya.

Para guru, kata dia, sebaiknya memberikan perhatian khusus pada anak-anak dengan ciri-ciri tersebut, dan memberikan bantuan yang dibutuhkan anak seperti mengingatkan untuk tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang menimbulkan alergi dan melakukan latihan pemanasan cukup sebelum olahraga.

"Kalau anak mengalami serangan sebaiknya diberikan oksigen secara intens sampai serangan berakhir sebagai pertolongan pertama," katanya.

Anak yang mengalami serangan asma, menurut dia, bisa diberi obat pelega napas (bronkodilator) inhalasi atau obat-obatan yang biasa digunakan. "Kalau gangguannya sedang sampai berat, segera minta pertolongan tenaga kesehatan," demikian Bambang Supriyatno.
(Heri Firmansyah/HF)

http://www.pro3rri.com/index.php?option=com_content&view=article&id=11483:anak-penderita-asma-tetap-bisa-berolahraga&catid=42:nasional&Itemid=109

Tidak ada komentar:

Posting Komentar